Halaman

Sabtu, 19 Mei 2012

materi_kuliah


Study : Ilmu Gizi
Penyakit Kekurangan Gizi

KEKURANGAN KALORI PROTEIN
I.                DEFINISI
Kekurangan kalori protein adalah defisiensi gizi terjadi pada anak yang kurang mendapat masukan makanan yang cukup bergizi, atau asupan kalori dan protein kurang dalam waktu yang cukup lama (Ngastiyah, 1997).
Kurang kalori protein (KKP) adalah suatu penyakit gangguan gizi yang dikarenakan adanya defisiensi kalori dan protein dengan tekanan yang bervariasi pada defisiensi protein maupun energi (Sediatoema, 1999).

II.              KLASIFIKASI
Berdasarkan berat dan tidaknya, KKP dibagi menjadi:
KKP ringan/sedang disebut juga sebagai gizi kurang (undernutrition) ditandai oleh adanya hambatan pertumbuhan.
KKP berat, meliputi:
1)     Kwashiorkor
2)     Marasmus
3)     Marasmik-kwashiorkor
1)     Kwashiorkor
Adalah bentuk kekurangan kalori protein yang berat, yang amat sering terjadi pada anak kecil umur 1 dan 3 tahun (Jelliffe, 1994).
Kwashiorkor adalah suatu sindroma klinik yang timbul sebagai suatu akibat adanya kekurangan protein yang parah dan pemasukan kalori yang kurang dari yang dibutuhkan (Behrman dan Vaughan, 1994).
Kwashiorkor adalah penyakit gangguan metabolik dan perubahan sel yang menyebabkan perlemahan hati yang disebabkan karena kekurangan asupan kalori dan protein dalam waktu yang lama (Ngastiyah, 1997).
2)     Marasmus
Marasmus adalah penyakit yang timbul karena kekurangan energi (kalori) sedangkan kebutuhan protein relatif cukup (Ngastiyah, 1997).
Marasmus merupakan gambaran KKP dengan defisiensi energi yang ekstrem (Sediaoetama, 1999).
3)     Marasmik – kwashiorkor
Marasmik – kwashiorkor merupakan kelainan gizi yang menunjukkan gejala klinis campuran antara marasmus dan kwashiorkor. (Markum, 1996)
Marasmik – kwashiorkor merupakan malnutrisi pada pasien yang telah mengalami kehilangan berat badan lebih dari 10%, penurunan cadangan lemak dan protein serta kemunduran fungsi fisiologi. (Graham L. Hill, 2000).
Marasmik – kwashiorkor merupaan satu kondisi terjadinya defisiensi, baik kalori, maupun protein. Ciri-cirinya adalah dengan penyusutan jaringan yang hebat, hilangnya lemak subkutan dan dehidrasi. (http.www.yahoo.com. Search engine by keywords: malnutrisi pada anak)

III.            GEJALA KLINIS
Gejala klinis KKP berbeda-beda tergantung dari derajat dan lamanya deplesi protein dan energi, umur penderita, modifikasi disebabkan oleh adanya defisiensi vitamin dan mineral yang menyertainya. Pada KKP ringan yang ditemukan hanya pertumbuhan yang kurang, seprti berat badan yang kurang dibandingkan dengan anak yang sehat. Keadaan KKP yang berat memberi gejala yang kadang-kadang berlainan, tergantung dari dietnya, fluktuasi musim, keadaan sanitasi, kepadatan penduduk, dan sebagainya.
Gejala klinis KKP ringan
Penyakit KKP ringan sering ditemukan pada anak-anak dari 9 bulan sampai 2 tahun, akan tetapi dapat dijumpai pula pada anak yang lebih besar. Pertumbuhan  yang terganggu dapat dilihat dari :
1.     Pertumbuhan terhenti
2.     Kenaikan berat badan berkurang, terhenti, dan adakalanya berat menurun
3.     Ukuran lingkaran lengan atas menurun
4.     Maturasi tulang terlambat
5.     Rasio berat terhadap tinggi normal atau menurun
6.     Tebal lipat kulit normal atau mengurang
[Dalam prakteknya indeks yang paling berguna adalah berat dan tinggi badan, lebih-lebih jika umurnya diketahui. Pada keadaan akut, didapati rasio berat terdapat tinggi yang menurun, sedangkan jika kekurangan ini sudah berlanjut lama, maka baik berat maupun tunggi akan terpengaruhi, hingga rasio berat terhadap tinggi tidak atau hanya sedikit mengalami perubahan]
7.     Anemia ringan, diet yang mengakibatkan KKP sering-sering tidak mengandung cukup zat besi, asam folik, dan vitamin-vitamin lain juga
8.     Aktivitas dan perhatian mereka berkurang jika dibandingkan dengan anak sehat
9.     Kelainan kulit maupun rambut jarang ditemukan pada KKP ringan, akan tetapi ada kalanya dijumpai
Pada tingkat berat kita mengenal 2 bentuk KKP yaitu Kwashiorkor dan Marasmus
1.     Kwashiorkor, dengan ciri-ciri :
a.      Bengkak,terutama kaki dan tangan
b.     BB kurang bila dilihat dari umurnya
c.      Muka sembab
d.     Rambut tipis, kulitkusam
e.      BAB encer
f.      Pembesaran hati
2.     Marasmus, dengan ciri-ciri :
a.      Sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit
b.     Wajahnya seperti orang tua
c.      Kulit keriput
d.     BAB encer
e.      Dehidrasi
( penjaskes SMA kelas II, 0/ Moh. Gilang  → Ganeca Exact , 2007 – jakarta)


IV.            ETIOLOGI
Penyebab utama dari kwashiorkor adalah makanan yang sangat sedikit mengandung protein (terutama protein hewani), kebiasaan memakan makanan berpati terus-menerus, kebiasaan makan sayuran yang mengandung karbohidrat.
Penyebab utama dari marasmus adalah karena kelaparan. Kelaparan biasanya terjadi pada kegagalan menyusui, kelaparan karena pengobatan, kegagalan memberikan makanan tambahan.
Penyakit KKP merupakan penyakit lingkungan. Oleh karena itu ada beberapa faktor yang bersama-sama menjadi penyebab timbulnya penyakit ini, antara lain faktor diet, faktor soial, kepadatan penduduk, infeksi, kemiskinan, dan lain-lain
1)     Peranan diet
Menurut konsep klasik, diet yang mengandung cukup energi tetapi kurang protein akan menyebabkan anak menjadi penderita kwarshiorkor, sedangkan diet kurang energi walaupun zat-zat gizi esensialnya seimbang akan menyebabkan anak menjadi penderita marasmus. Tetapi dalam penelitian yang dilakukan oleh Gopalan dan Narasnya (1971) terlihat bahwa dengan diet yang kurang lebih sama, pada beberapa anak timbul gejala-gejal kwarshiorkor, sedangkan pada beberapa anak yang lain timbul gejala-gejala marasmus. Mereka membuat kesimpulan bahwa diet bukan merupakan faktor yang penting, tetapi ada faktor lain yang masih harus diicari untuk dapat menjelaskan timbulnya gejala tersebut.
KKP bisa terjadi karena kebiasaan makan
Yang dimaksud dengan kebiasaan makan  ialah tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan makan yang meliputi sikap percaya dan ppemilihan makanan (Khumaidi,1994:39). Faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan
1.     Faktor ekstrinsik (yang berasal dari luar diri manusia)
Lingkungan alam, sosial budaya, agama, lingkungan ekonomi
2.     Faktor intrinsik
Emosi, keadaan jasmani dan kejiwaan
Kebutuhan untuk makan bukanlah satu-satunya dorongan untuk mengatasi rasa lapar, terkadang juga merupakan kebutuhan fisiologis dan psikologis yang ikut mempengaruhi, seperti faktor sosio-budaya dan kejiwaan yang mempengaruhi pola makan. Sebagai contoh status dan susunan makanan anggota masyarakat pria yang lebih tua (senior) mendapatkan jumlah dan mutu susunan makan yang lebih baik daripada anak-anak anak-anak kecil dan wanita-wanita muda atau juga contoh lainanak-anak laki-laki mendapat proiritas yang lebih tinggi daripada anak perempuan. Pola lingkungan pekerjaan juga berpengaruh. Seseorang yang memiliki waktu relatif lama untuk istirahat akan lebih memiliki banyak waktu untuk memilih makan, beda dengan pekerja yang memiliki waktu istahat terbatas, mereka akan lebih memilih makanan cepat saji.
Dari sisi intrinsik, hubungan antara kejiwaan dan perilaku makan, menurut Lewin (1943) dalam Khumaidi (1994) menyimpulkan bahwa sebgian besar masyarakat bersifat “menyukai apa yang mereka makan”  daripada “makan apa yang mereka suka”. Dalam posisi seperti ini, bisa dikatakan seseorang yang berasal dari benua Afrika akan mencoba menyiapkan makan seperti pada daerahnya, walaupun mereka ada dibenua Eropa
2)     Peranan faktor social
Pantangan untuk menggunakan bahan makanan tertentu yang sudah turun-temurun dapat mempengaruhi terjadinya penyakit KKP. Adakalanya pantangan tersebut didasarkan pada keagamaan, tetapi adapula yang merupakan tradisi yang turun-temurun. Jika pantangan itu didasarkan pada keagamaan, maka akan sulit diubah. Tetapi jika pantangan tersebut berlangsung karena kebiasaan, maka dengan pendidikan gizi yang baik dan dilakukan terus-menerus hal tersebut masih dapat diatasi. Faktor-faktor sosil lain yang dapat mempengaruhi terjadinya penyakit KKP adalah:
a.      Perceraian yang sering terjadi antara wanita yang sudah mempunyai banyak anak dengan suaminya yang merupakan pencari nafkah tunggal
b.     Para pria dengan penghasilan kecil mempunyai banyak istri dan anak, sehingga dengan pendapatan yang kecil ia tidak dapat memberi cukup makan pada anggota keluarganya yang besar itu.
c.      Para ibu mencari nafkah tambahan pada waktu-waktu tertentu, misalnya pada musim panen mereka pergi memotong padi para pemilik sawah yang letak sawahnya jauh dari tempat tinggal para ibu tersebut. Anak-anak terpaksa ditinggalkan dirumah sehingga jatuh sakit dan mereka tidak mendapat perhatian dan pengobatan semestinya.
d.     Para ibu yang setelah melahirkan menerima pekerjaan  tetap sehingga harus meninggalkan bayinya dari pagi sampai sore. Dengan demikian, bayi tersebut tidak mendapat ASI sedangkan pemberian pengganti ASI maupun makanan tambahan tidak dilakukan dengan semestinya. Alangkah baiknya jika misalnya badan-badan yang bergerak di bidang sosial menampung bayi dan anak-anak kecil yang ditinggal bekerja seharian penuh di balai desa, mesjid, gereja, atau tempat lain untuk dirawat dan diberi makan yang cukup dan baik.
3)     Peranan kepadatan penduduk
McLaren (1982) memperkirakan bahwa marasmus terdapat dalam jumlah yang banyak jika suatu daerah teralalu padat penduduknya dengan higiene yang buruk, misalnya, dikota-kota dengan kemungkinan pertambahan penduduk yang snagat cepat, sedangkan kwarshiorkor akan terdapat dalam jumlah yang banyak di desa-desa dengan penduduk yang mempunyai kebiasaan untuk memberi makanan tambahan berupa tepung, terutama pada anak-anak yang tidak atau tidak mendapat cukup ASI.
4)     Peranan infeksi
Telah diketahui adaya interaksi sinergis antara malnutrisi dan infeksi. Infeksi derajat apapun dapat memperburuk keadaan gizi. Malnutrisi, walaupun masih ringan, mempunyai pengaruh negatif pada daya tahan tubuh terhadap infeksi. Hubungan ini sinergistis, sebab malnutrisi disertai infeksi pada umumnya mempunyai konsekuensi yang lebih besar daripada sendiri-sendiri.

5)     Peranan kemiskinan
Penyakit KKP merupakan masalah negara-negara miskin dan terutama merupakan problema bagi golongan termiskin dalam masyarakat negara tersebut. Pentingnya kemiskinan ditekankan dalam laporan Oda Advisory Committee on Protein pada tahun 1974 (gambar 10.2). mereka menganggap kemiskinan merupakan dasar penyakit KKP. Tidak jarang terjadi bahwa petani miskin harus menjual tanah miliknya untuk mencukupi kebutuhan hidup sehar-hari, lalu ia menjadi penggarap yang menurunkan lagi penghasilannya, atau ia meninggalkan desa untuk mencari nafkah di kota besar. Dengan penghasilan yang tetap rendah, ketidakmampuan menanam bahan makanan sendiri, ditambah pula dengan timbulnya banyak penyakit infeksi karena kepadatan tempat tinggal seperti telah diutarakan tadi, timbulnya gejala KKP lebih dipercepat.
PENGHASILAN RENDAH                           MASUKKAN MAKANAN                                   ANAK-ANAK LEBIH MUDAH MENDERITA
TIDAK CUKUP UNNTUK                             TIDAK CUKUP                                                      PENYAKIT                   
MEMENUHI KEBUTUHAN
 


                                                 KEPERLUAN MAKANAN                                                              ANAK-ANAK SAKIT
                                                 BAGI ANAK BERTAMBAH



                            KEPERLUAN BAHAN MAKANAN
                            BERTAMBAH BAGI WANITA
                            YANG SEDANG MENGANDUNG
                            DAN MENYUSUI





               SEBAGAI KOPENSASI IBU LEBIH                                                ANAK-ANAK MENINGGAL
                             SERING MENGANDUNG


PENGHASIALAN MENURUN                                                                                        KASITAS KERJA BILA DEWASA
                                                                                                                                                BERKURANG

V.              DAMPAK JANGKA PANJANG KKP
Mortalitas KKP-berat dimana-mana dilaporkan tinggi. Hasil penyidikan yang dilakukan pada tahun 1955/1956 (Poey , 1957) menunjukkan angka kematian sebanyak 55%, 35% diantara mereka meninggal dalam perawatan minggu pertama, dan 20% sesusahnya. Mortalitas yang tinggi didapati pula pada penderita penyakit KKP dinegara-negara lain. Pada umumnya penderita KKP-berat menderita pula penyakit infeksi seperti tuberjulosa paru, radang paru lain, disentri, dan sebagainya. Pada penderita penyakit KKP-berat,tak jarang pula ditemukan tanda-tanda penyakit defisiensi zat gizi lain, misalnya xeroftalmia, stomatitis angularis, dan lain-lain. Maka dapat di mengerti mengapa angka kematian pada penderita KKp-berat demikian tingginya, karena dengan adanya infeksi keadaan gizi akan semakin memburuk sehingga daya tahan tubuh akan menurun dan perjalanan penyakit semakin berat. Yang harus di pikirkan adalah apa yang terjadi pada penderita KKP yang telah sembuh. Seperti yang sudah di kemukakan, penderita KKp ringan dan sedng jauh lebih banyak jumlahnya dan merupakan masalah yang jauh lebih jauh serius jika di tinjau dari segi kesehatan masyarakat. Dampak jangka panjang pada penderita KKP- ringan dan sedang ini hingga dapat mengurangi potensi, terutama kecerdasan mereka,dampak jangka panjang penyakit KKP yang di derita pada umjur muda mempengaruhi sistem saraf pusat, terutama kecerdasan mereka. Faktor yang tidak kalah pentingnya ada tidaknya perubahan-perubahan organ yang permanen seperti organ jantung, pankreas, hati, dan sebagainya yang dapat memperpendek umurnya. Faktorlain adalah dampak terdapat tinggi badan akhir bekas penderita penyakit KKP.
Dampak Penyakit KKP Terhadap Perkembangan Mental
Penyakit dalam bidang pertumbuhan dan fungsi otak pada penderita yang sembuh dari penyakit KKP banyak di lakukan. Winick dan Rosso (1975) berpendapat bahwa KKP yang diderita pada masa dini perkembangan otak akan mengurangti sintesis protein DNA, dengan akibat terdapatnya otak dengan jumlah sel yang kurang walau pun besarnya otak itu normal. Jika KKP terjadi setelah masa divisi sel otak berhenti, hambatan sintesis protein akan menghasilkan otak dengan jumlah sel yang normal tetapi dengan ukuran yang lebih kecil. Perubahan yang disebut belakangan ini dapat hilang kembali (reversible) dengan perbaikan diet.
Pada tahun 1975 karyawati melaporkan hasil studinya terhadap 90 anak yang pernah menderita penyakit KKP. Studi lanjutan yang dilakukan 5 tahun kemudian menunjukkan defisit pada IQ mereka. Pemeriksaan ulang setelah 10 tahun memberi hasil demikian, bahwa nilai IQ anak-anak yang pernah menderita KKP pada umur muda lebih rendah secara bermakna. Pemeriksaan EEG juga telah dilakukan dengan hasil: pada pemeriksaan setelah 5 tahun terdapat 30% anak dengan EEG abnormal, dan setelah diulang 5 tahun kemudian naik menjadi 65%. Dari studi tersebut ia mengambil kesimpulan bahwa KKP dapat mempengaruhi kecerdasan melalui kerusakan tak. Memang faktor-faktor lain seperti kebudayaan dan keturunan ikut berperan dalam menentukan kecerdasan seseorang. Disamping faktor umur, penting pula diketahui derajat berat dan lamanya si anak menderita KKP.

VI.            EPIDEMIOLOGI
Penyakit KKP merupakan bentuk malnutrisi yang terdapat terutama pada anak-anak dibawah umur 5 tahun dan kebanyakan dinegara-negara yang sedang berkembang. Berdasarkan hasil penyelidikan di 254 desa di seluruh Indonesia, Tarwotjo, dkk (1999), memperkirakan bahwa 30 % atau 9 juta diantara anak-anak balita menderita gizi kurang, sedangkan 3% atau 0,9 juta diantara anak-anak balita menderita gizi buruk. Berdasarkan “Rekapitulasi Data Dasar Desa Baru UPGK 1982/1983” menunjukkan bahwa prevalensi penderita KKP di Indonesia belum menurun. Hasil pengukuran secara antropometri pada anak-anak balita dari 642 desa menunjukkan angka-angka sebagai berikut : diantara 119.463 anak balita yang diukur, terdapat status gizi baik 57,1% ; gizi kurang            35,9% ; dan gizi buruk 5,9%.
Tingginya prevalensi penyakit KKP disebabkan pula oleh faktor tingginya angka kelahiran. Menurun Morley (1968) dalam studinya di Nigeria, insidensi kwashiorkor meninggi pada keluarga dengan 7 anak atau lebih. Studi lapangan yang dilakukan oleh Gopalan (1964) pada 1400 anak prasekolah menunjukkan bahwa 32% diantara anak-anak yang dilahirkan sebagai anak keempat dan berikutnya memperlihatkan tanda-tanda KKP yang jelas, sedangkan anak-anak yang dilahirkan terlebih dahulu hanya 17% memperlihatkan gejala KKP. Gopalan berkesimpulan bahwa 62% dari semua kasus kekurangan gizi pada anak prasekolah terdapat pada anak-anak keempat     dan berikutnya.
Mortalitas KKP berat dimana-mana dilaporkan tinggi. Hasil penyelidikan yang dilakukan pada tahun 1955/1956 (Poey, 1957) menunjukkan angka kematian sebanyak 55%, 35% diantara mereka meninggal dalam perawatan minggu pertama, dan 20% sesudahnya.
Menurut WHO, 150 juga anak berumur di bawah 5 tahun menderita KKP dan 49% dari 10,4 juga anak berumur di bawah 5 tahun meninggal karena KKP yang kebanyakan terjadi di negara-negara yang sedang berkembang.

TABEL KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN PER KG BERAT BADAN PER HARI MENURUT KELOMPOK UMUR, JENIS KELAMIN , DAN TINGKAT KEGIATAN ORANG DEWASA
NO
Kelompok umur (tahun)
Energi (kal/kg BB)

Protein (g/kg BB)

Protein-energi persen



L
P
L
P
L
P
1
0
112
1.92
6.9
2
1-3
101
1.44
5.7
3
4-6
91
1.16
5.1
4
7-9
78
0.89
4.6
5
10-12
71
62
0.81
0.76
4.6
4.9
6
13-15
57
50
0.72
0.62
5.1
5.0
7
16-19
49
43
0.60
0.55
4.9
5.2
8
20-39







Basal
28
24
0.57
0.52
8.1
8.7

Kerja ringan
41
36
0.57
0.52
5.6
5.8

Kerja sedang
46
40
0.57
0.52
5.0
5.3

Kerja berat
54
47
0.57
0.52
4.3
4.4

Kerja berat sekali
62
54
0.57
0.52
3.7
3.9
9
40-49
44
38
0.57
0.52
5.2
5.5
10
50-59
42
36
0.57
0.52
5.5
5.7
11
60-69
47
32
0.57
0.52
6.2
6.5
12
70+
32
28
0.57
0.52
7.0
7.4

Tabel berat badan sehat menurut tinggi badan untuk bayi dan usia pra sekolah (sampai 5 tahun)
Tinggi badan (cm)
Berat sehat
gemuk
Ideal
kurus
50
3.4
3.0
2.7
52
3.8
3.4
3.0
53
4.0
3.6
3.2
54
4.3
3.8
3.4
55
4.6
4.1
3.6
56
4.8
4.3
3.8
57
5.0
4.5
3.9
58
5.2
4.7
4.2
59
5.5
4.9
4.4
60
5.7
5.1
4.6
61
6.0
5.4
4.8
62
6.3
5.7
5.0
63
6.6
5.9
5.3
64
6.9
6.2
5.5
65
7.2
6.5
5.8
66
7.5
6.8
6.0
67
7.8
7.0
6.2
68
8.1
7.3
6.5
69
8.4
7.6
6.7
70
8.7
7.8
7.0
71
9.0
8.1
7.2
72
9.2
8.3
7.4
73
9.5
8.5
7.6
74
9.7
8.7
7.8
75
9.9
9.0
8.0
76
10.2
9.2
8.3
77
10.4
9.4
8.3
78
10.6
9.5
8.5
79
10.8
9.7
8.6
80
11.0
9.9
8.8
81
11.2
10.1
9.0
82
11.4
10.3
9.1
83
11.6
10.4
9.2
84
11.8
10.6
9.4
85
12.0
10.7
9.6
86
12.2
11.0
9.8
87
12.4
11.1
9.9
88
12.6
11.3
10.1
89
12.8
11.5
10.2
90
13.1
11.8
10.5
91
13.4
11.9
10.7
92
13.6
12.2
10.9
93
13.8
12.4
11.0
94
14.0
12.6
11.2
95
14.3
12.8
11.4
96
14.5
13.1
11.6
97
14.7
13.3
11.8
98
15.0
13.5
12.0
99
15.3
13.7
12.3
100
15.6
14.0
12.5
101
15.8
14.2
12.6
102
16,1
14.5
12.9
103
16.4
14.7
13.2
104
16.7
15.0
13.4
105
17.0
15.3
13.6
106
17.3
15.6
13.8
107
17.6
15.9
14.0
108
18.0
16.2
14.4

Berat badan sehat menurut tinggi badan anak usia sekolah dan remaja (6 - 19tahun)
Tinggi badan (cm)
Berat sehat
Laki-laki
perempuan
Gemuk
ideal
kurus
Gemuk
ideal
kurus
110
-
-
-
20.7
18.8
16.7
112
21.7
19.7
17.7
21.7
19.8
17.6
114
22.7
20.6
18.5
22.4
20.4
18.4
116
23.4
21.3
19.2
23.3
21.2
19.1
118
23.3
22.1
19.1
24.2
22.0
19.8
120
25.2
22.9
20.6
25.1
22.8
20.5
122
26.1
23.7
21.3
26.0
23.6
21.2
124
27.0
24.5
22.1
27.0
24.5
22.1
126
27.9
25.4
22.9
27.9
25.4
22.9
128
29.0
26.4
23.8
29.0
26.4
23.8
130
30.0
27.3
24.6
30.1
27.4
24.7
132
31.0
28.2
25.4
31.4
28.5
25.7
134
32.1
29.2
26.3
32.5
29.5
26.6
136
33.2
30.2
27.2
33.7
30.6
27.5
138
34.5
31.4
28.3
34.8
31.6
28.4
140
35.8
32.5
29.3
36.1
32.8
29.5
142
37.1
33.7
30.3
37.4
34.0
30.6
144
38.6
35.1
31.6
38.5
35.3
31.8
146
39.8
36.2
32.6
40.2
36.5
32.9
148
41.1
374
33.7
41.5
37.7
33.9
150
42.5
38.6
34.7
42.6
38.7
34.8
152
44.0
40.0
36.0
43.8
39.7
35.8
154
45.5
41.4
37.4
46.2
42.0
37.8
156
47.4
43.1
38.8
48.3
43.9
39.5
158
49.2
44.7
40.2
51.0
46.4
41.8
160
51.2
46.5
41.9
54.7
49.7
44.7
162
53.0
48.2
43.4
58.0
52.7
47.4
164
55.2
50.3
45.2
-
-
-
166
57.8
52.5
47.3
-
-
-
168
60.3
54.8
49.3
-
-
-
170
62.7
57.0
51.3
-
-
-


VII.          PENCEGAHAN KKP
Tindakan pencegahan penyakit KKP bertujuan untuk mengurangi insidensi KKP dan menurunkan angka kematian sebagai akibatnya. Akan tetapi tujuan yang lebih luas dalam pencegahan KKP ialah memperbaiki pertumbuhan fisik dan perkembangan mental anak – anak Indonesia sehingga dapat menghasilkan manusia Indonesia yang dapat bekerja baik dan memiliki kecerdasan yang cukup.
Perbaikan status gizi jangka panjang bergantung kepada pemberian makanan sehari – hari pada anak – anak, yang harus mengandung cukup energy maupun zat – zat esensial. Persediaan dan kebutuhan bahan makanan juga dipengaruhi berbagai factor misalnya keadaan ekonomi, social dan politik.
Ada berbagai macam cara intervensi gizi, masing – masing untuk mengatasi satu atau lebih dari satu factor dasar penyebab KKP (Austin, 1981), yaitu:
  1. Meningkatkan hasil produksi pertanian, supaya persediaan bahan makanan menjadi lebih banyak, yanga sekaligus merupakan tambahan penghasilan rakyat.
  2. Penyediaan makanan formula yang mengandung tinggi protein dan tinggi energy untuk anak – anak yang disapih.
  3. Memperbaiki infrastuktur pemasaran.
  4. Subsidi harga bahan makanan. Interfensi demikian bertujuan untuk membantu mereka yang sangat terbatas penghasilannya.
  5. Pemberian makanan suplementer.
  6. Pendidikan Gizi. Tujuan pendidikan gizi ialah untuk mengajar rakyat mengubah kebiasaab mereka dalam menanam bahan makanan dan cara menghidangkan makanan supaya mereka dan anak – anaknya mendapat makanan yang lebih baik mutunya.
  7. Pendidikan dan pemeliharaan kesehatan.
Tujuan intervensi gizi:
a.      Peningkatan kapasitas kerja manusia
b.     Peningkatan kesejahteraan rakyat
c.      Pemerataan pendapatan yang lebih baik.

VIII.        PENGOBATAN KKP
Pengobatan KKP dapat dibagi atas pengobatan KKP ringan yang tidak memerlukan perawatan di rumah sakit dan dapat diobati secara berobat jalan, dan pengobatan KKP berat yang memerlukan perawatan berhubung keadaanya yang mengkhawatirkan dan terdapat berbagai komplikasi yang membahayakan hidup.
Pengobatan KKP – ringan
Bagi mereka perbaikan akan dicapai dengan mengubah menu makanannya. Sehari – hari mereka harus dapat 2 – 3 gram protein dan 100 – 150 kkal untuk tiap kg berat badannya.
Sumber protein dan energy cukup diperoleh dari:
  1. Makan pokok setempat, seperti beras, jagung, gandum, dsb.
  2. Suplementasi untuk mencapai jumlah protein yang di anjurkan dengan bahan makanan yang mengandung banyak protein dan tidak mahal harganya dan dapat dibeli setempat atau dibagikan Cuma – Cuma oleh pemerintah melalui Puskesmas atau Posyandu.
  3. Perubahan menu makanan harus diusahakan sedemikian hingga dapat diterima oleh ibunya dan tradisi penduduk dimana anak berada.

Pengobatan KKP – berat
Tujuan pengobatan KKP berat ialah untuk menurunkan mprtalitas dan memulihkan kesehatan secepatnya.
Perlu diketahui bahwa penderita KKP – berat sangat mudah terjangkit penyakit infeksi. Biasanya penderita KKP – berat juga menderita defisiensi zat gizi lain, seperti stomatitis angularis, xeroftalmia.